Keistimewaan-keistimewaan dan Keutamaan-keutamaan Tauhid. (Bag. 1)
![]() |
Keistimewaan-keistimewaan dan Keutamaan-keutamaan Tauhid. (Bag. 1) |
Ketahuilah bahwa tauhid mempunyai keistimewaan-keistimewaan dan keutamaan-keutamaan yang banyak, yang menunjukkan kedudukannya yang tinggi. Di sini saya akan menyebutkan sepuluh di antaranya:
Yang Pertama: Tauhid adalah tujuan penciptaan kita, dan kita diadakan untuk mewujudkannya. Sebagaimana ini ditunjukkan oleh firman Allah Subhaanahu Wa Ta’ala:
Yang Pertama: Tauhid adalah tujuan penciptaan kita, dan kita diadakan untuk mewujudkannya. Sebagaimana ini ditunjukkan oleh firman Allah Subhaanahu Wa Ta’ala:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”(QS. Adz-Dzaariyaat: 56)
Makna لِيَعْبُدُونِ “supaya mereka menyembah-Ku.” Adalah لِيُوَحِّدُوْنِ “supaya mereka mentauhidkan (mengesakan)-Ku”.
Tauhid adalah tujuan diciptakannya kita di dunia ini. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala, tidak menciptkan kita begitu saja, dan tidak membiarkan kita tercipta dengan sia-sia tanpa tujuan. Tapi Allah menciptakan ciptaan-Nya agar mereka beribadah kepada-Nya dan (Allah) Tabaaraka Wa Ta’ala mengadakan mereka agar mereka mentauhidkan-Nya. Cukuplah ini menunjukkan betapa agung dan tingginya kedudukan tauhid.
Yang Ke Dua: Tauhid adalah inti bahasan dakwah yang diserukan para nabi dan rasul, ini berarti bahwa inti seruan dakwah semua nabi yang Allah ‘Azza Wa Jalla utus, adalah berdakwah kepada tauhid dan berdiri di atas tauhid.
Dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut banyak:
Di antaranya firman Allah Subhaanahu Wa Ta’ala:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”(QS. An-Nahl: 36)
Allah Jalla Jalaaluh berfirman:
Allah Jalla Jalaaluh berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”(QS. Al-Anbiya: 25)
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ
“Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu: “Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?”(QS. Az-Zukhruf: 45)
Allah Jalla Jalaaluh berfirman:
Allah Jalla Jalaaluh berfirman:
وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ
“Dan ingatlah (Hud) saudara kaum Ad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): “Janganlah kamu menyembah selain Allah,”(QS. Al-Ahqaaf: 21)
Para pemberi peringatan itu adalah rasul-rasul. Maksudnya: Bahwa rasul-rasul sebelum dan setelah nabi Hud sepakat akan tujuan ini أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ “Janganlah kamu menyembah selain Allah”
Tauhid adalah inti dakwah yang diserukan oleh para nabi dan rasul. Oleh karenanya, ajakan-ajakan pertama yang didengar oleh kaum-kaum para nabi dari nabi-nabi mereka, dan perkara pertama yang para nabi awali dalam menyeru kepada Allah adalah seruan kepada tauhid (pengeesaan ibadah) kepada-Nya. Karena tauhid adalah pondasi yang agama dibangun di atasnya.
Sungguh agama dapat diumpamakan dengan sebuah pohon. Dan diketahui bahwa sebuah pohon memiliki akar dan cabang. Tidak akan baik keadaan sebuah pohon kecuali dengan kekokohan akarya, dan tidak akan baik keadaan agama kecuali dengan kekokohan pondasinya yaitu tauhid
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
Tauhid adalah inti dakwah yang diserukan oleh para nabi dan rasul. Oleh karenanya, ajakan-ajakan pertama yang didengar oleh kaum-kaum para nabi dari nabi-nabi mereka, dan perkara pertama yang para nabi awali dalam menyeru kepada Allah adalah seruan kepada tauhid (pengeesaan ibadah) kepada-Nya. Karena tauhid adalah pondasi yang agama dibangun di atasnya.
Sungguh agama dapat diumpamakan dengan sebuah pohon. Dan diketahui bahwa sebuah pohon memiliki akar dan cabang. Tidak akan baik keadaan sebuah pohon kecuali dengan kekokohan akarya, dan tidak akan baik keadaan agama kecuali dengan kekokohan pondasinya yaitu tauhid
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,”(QS. Ibrahim: 24)
Sebagaimana jika sebuah pohon dipotong akarnya ia akan mati begitu juga dengan agama jika tidak didirikan di atas tauhid, tidak akan bermanfaat. Maka kedudukan tauhid pada agama bagaikan kedudukan akar-akar pada pohon-pohon, dan pondasi-pondasi pada bangunan-bangunan.
Dan di antara dalil yang menunjukkan bahwa tauhid adalah inti pembahasan yang diserukan dan risalah para nabi dan rasul adalah sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang shahih dari beliau:
Dan di antara dalil yang menunjukkan bahwa tauhid adalah inti pembahasan yang diserukan dan risalah para nabi dan rasul adalah sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang shahih dari beliau:
الْأَنْبِيَاءُ إخْوَةٌ مِنْ عَلَّاتٍ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ
“Para nabi adalah saudara sebapak, ibu-ibu mereka berbeda-beda dan agama mereka satu”[1]
Maknanya: Aqidah mereka satu, mereka semua adalah penyeru kepada pengesaan kepada Allah, ibu-ibu mereka berbeda beda maknanya adalah syari’at-syariat mereka berbeda-beda لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا “Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.”(QS. Al-Maidah: 48)
Yang Ke Tiga: di antara keistimewaan tauhid adalah bahwa ia adalah kewajiban pertama yang diembankan kepada mukallaf. Hal pertama yang wajib dilakukan oleh seorang insan untuk masuk ke dalam agama ini adalah dengan tauhid, dan perkara pertama tatkala seorang insan hendak menyeru kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala adalah tauhid, dan ini ditunjukkan oleh dalil-dalil yang banyak di antaranya:
Sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
Yang Ke Tiga: di antara keistimewaan tauhid adalah bahwa ia adalah kewajiban pertama yang diembankan kepada mukallaf. Hal pertama yang wajib dilakukan oleh seorang insan untuk masuk ke dalam agama ini adalah dengan tauhid, dan perkara pertama tatkala seorang insan hendak menyeru kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala adalah tauhid, dan ini ditunjukkan oleh dalil-dalil yang banyak di antaranya:
Sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah” al-hadis[2]
Di antaranya juga, sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz Bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu, ketika ia diutus ke Yaman:
Di antaranya juga, sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz Bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu, ketika ia diutus ke Yaman:
إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari kalangan ahlulkitab, maka hendaklah yang pertamakali engkau serukan adalah agar beribadah kepada Allah ‘Azza Wa Jalla” al-hadits[3]
Dalam sebuah Riwayat dengan lafaz:
Dalam sebuah Riwayat dengan lafaz:
إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari kalangan ahlulkitab, maka hendaklah yang pertama kali engkau serukan adalah agar mereka mengesakan Allah Ta’ala”[4]
Dan dalam sebuah Riwayat dengan lafaz:
Dan dalam sebuah Riwayat dengan lafaz:
إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ، فَإِذَا جِئْتَهُمْ، فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari kalangan ahlulkitab, apabila engkau telah sampai kepada mereka, maka serukanlah agar mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah”[5].
Maka tauhid adalah hal pertama yang dibebankan kepada mukallaf, dengan tauhid mereka dimulai. Tauhid adalah hal pertama yang dengannya seseorang masuk agama ini. Agama ini tegak dengan tauhid, dialah pondasi yang menopang (perkara agama lainnya).
Yang Ke Empat: di antara keistimewaan tauhid adalah bahwa ia adalah penyebab ketentraman dan mendapat petunjuk di dunia dan akhirat, bacalah (keterangan tentang) ini dalam firman Allah Subhaanahu Wa Ta’ala:
Maka tauhid adalah hal pertama yang dibebankan kepada mukallaf, dengan tauhid mereka dimulai. Tauhid adalah hal pertama yang dengannya seseorang masuk agama ini. Agama ini tegak dengan tauhid, dialah pondasi yang menopang (perkara agama lainnya).
Yang Ke Empat: di antara keistimewaan tauhid adalah bahwa ia adalah penyebab ketentraman dan mendapat petunjuk di dunia dan akhirat, bacalah (keterangan tentang) ini dalam firman Allah Subhaanahu Wa Ta’ala:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. Al-An’aam: 82)
Keamanan di tangan Allah, dan Allah Subhaanahu Wa Ta’ala tidak memberikannya kecuali kepada orang yang mentauhidkan Allah yang memurnikan agama untuk-Nya Subhaanahu Wa Ta’ala.
Ketika ayat tersebut turun -sebagaimana dalam hadits yang shahih- para sahabat radhiyallaahu ‘anhum merasa sangat keberatan lalu mereka mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan: “Ya Rasulullah! Siapa di antara kami yang tidak pernah menzalimi dirinya?” Maksudnya: Tidak ada dari kami kecuali pasti pernah menzalimi diri sendiri, sedangkan Allah berfirman:
Ketika ayat tersebut turun -sebagaimana dalam hadits yang shahih- para sahabat radhiyallaahu ‘anhum merasa sangat keberatan lalu mereka mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan: “Ya Rasulullah! Siapa di antara kami yang tidak pernah menzalimi dirinya?” Maksudnya: Tidak ada dari kami kecuali pasti pernah menzalimi diri sendiri, sedangkan Allah berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Maknanya: Kita tidak punya bagian untuk memperoleh keamanandan mendapat petunujuk, kerena setiap kita pernah menzalimi dirinya sendiri. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: لَيْسَ ذَاكَ “Bukan itu” Maksudnya: Bukan itu maksud dari makna ayat pada ayat tersebut. أَمَا قَرَأْتُمْ قَوْلَ الْعَبْدِ الصّالِحِ { إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ } “Belumkah kalian membaca ucapan seorang hamba yang saleh -Luqman al-hakim- Sesungguhnya kesyirikan adalah kezaliman yang besar”
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menafsirkan kezaliman di dalam ayat ini dengan kesyirikan. Maka konteks ayat ini memberikan penjelasan bahwa siapa saja yang telah beriman dan tidak berbuat kesyirikan, ia memperoleh keamanan dan mendapatkan petunjuk di dunia dan akhirat.
Inilah di antara keistimewaan-keistimewaan tauhid yaitu: siapa saja yang mentauhidkan Allah, maka Allah Subhaanahu wa Ta’ala akan mengaruniakan keamanan dan medapatkan petunjuk padanya di dunia dan akhirat.
Yang Ke Lima: Di antara keistimewaan tauhid adalah bahwa di dalam tauhid terdapat keselamatan dari pertentangan, berbeda dengan keyakinan-keyakinan lainnya, yang mana mengandung pertentangan dan saling bertolakbelakang.
Sebagaimana hal tersebut ditunjukkan oleh firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala:
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menafsirkan kezaliman di dalam ayat ini dengan kesyirikan. Maka konteks ayat ini memberikan penjelasan bahwa siapa saja yang telah beriman dan tidak berbuat kesyirikan, ia memperoleh keamanan dan mendapatkan petunjuk di dunia dan akhirat.
Inilah di antara keistimewaan-keistimewaan tauhid yaitu: siapa saja yang mentauhidkan Allah, maka Allah Subhaanahu wa Ta’ala akan mengaruniakan keamanan dan medapatkan petunjuk padanya di dunia dan akhirat.
Yang Ke Lima: Di antara keistimewaan tauhid adalah bahwa di dalam tauhid terdapat keselamatan dari pertentangan, berbeda dengan keyakinan-keyakinan lainnya, yang mana mengandung pertentangan dan saling bertolakbelakang.
Sebagaimana hal tersebut ditunjukkan oleh firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala:
وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
“Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.”(QS. An-Nisa: 82)
Keyakinan-keyakinan yang dibuat-buat oleh orang-orang di dalamnya terdapat pertentangan dan saling bertolakbelakang, sangat banyak. Sedangkan keimanan yang benar, keyakinan yang selamat dan tauhid kokoh yang berdasar dari kitabullaah dan sunnah Nabi-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka aqidah ini terbebas dari itu semua.
[1] Dikeluarkan Muslim (2365) dari hadits Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu
[2] Dikeluarkan Bukhari (25, 1399) dan Muslim (21, 22) dari hadits Abu Hurairah dan Ibnu Umar dan yang lainnya radhiyallaahu ‘anhum.
[3] Dikeluarkan Bukhari (1458) dan Muslim (19).
[4] Dikeluarkan Bukhari (7372).
[5] Dikeluarkan Bukhari (1496)
Dari kitab: Min Ma’aalimi at-tauhiid karya Syaikh Abdurrazzaaq Bin Abdul-Muhsin al-Badr hafizhahullaah.(al-Jaami’ lil mu-allaafaat war- rasaail i’daad Abdurrazzaaq Bin Abdul Muhsin al-Badr, hlm: 9-12)
[1] Dikeluarkan Muslim (2365) dari hadits Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu
[2] Dikeluarkan Bukhari (25, 1399) dan Muslim (21, 22) dari hadits Abu Hurairah dan Ibnu Umar dan yang lainnya radhiyallaahu ‘anhum.
[3] Dikeluarkan Bukhari (1458) dan Muslim (19).
[4] Dikeluarkan Bukhari (7372).
[5] Dikeluarkan Bukhari (1496)
Dari kitab: Min Ma’aalimi at-tauhiid karya Syaikh Abdurrazzaaq Bin Abdul-Muhsin al-Badr hafizhahullaah.(al-Jaami’ lil mu-allaafaat war- rasaail i’daad Abdurrazzaaq Bin Abdul Muhsin al-Badr, hlm: 9-12)
Post a Comment for "Keistimewaan-keistimewaan dan Keutamaan-keutamaan Tauhid. (Bag. 1)"