2. Al-Baqarah (61-80) : Tafsir
الم
Arab-Latin: alif lām mīm
Terjemah Arti:
2. Al-Baqarah (61-80) : Tafsir
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَنْ نَصْبِرَ عَلَىٰ طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۖ قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَىٰ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ ۚ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ ۗ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ wa iż qultum yā mụsā lan naṣbira ‘alā ṭa’āmiw wāḥidin fad’u lanā rabbaka yukhrij lanā mimmā tumbitul-arḍu mim baqlihā wa qiṡṡā`ihā wa fụmihā wa ‘adasihā wa baṣalihā, qāla a tastabdilụnallażī huwa adnā billażī huwa khaīr, ihbiṭụ miṣran fa inna lakum mā sa`altum, wa ḍuribat ‘alaihimuż-żillatu wal-maskanatu wa bā`ụ bigaḍabim minallāh, żālika bi`annahum kānụ yakfurụna bi`āyātillāhi wa yaqtulụnan-nabiyyīna bigairil-ḥaqq, żālika bimā ‘aṣaw wa kānụ ya’tadụn
61. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya”. Musa berkata: “Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta”. Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. Dan ingatlah oleh kalian tatkala kami menurunkan makanan manis, dan daging burung yang lezat. Maka kalian menolak nikmat besar itu Lalu seperti kebiasaan kalian, dan kalian merasa sempit dan bosan hingga kalian berkata “wahai Musa kami tidak bisa bersabar dengan makanan yang terus sama saja yang tidak berganti-ganti selama sekian hari ini, maka mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu agar mengeluarkan bagi kami dari bumi berupa tanaman-tanaman sebagai makanan seperti sayur mayur, mentimun, biji-bijian yang dapat dimakan,adas dan bawang merah.” Musa menjawab -dengan nada pengingkaran- Apakah kalian meminta makanan-makanan tersebut yang jelas berkualitas lebih rendah, sedangkan kalian mengabaikan rizki ini yang jelas bermanfaat yang telah dipilihkan Allah bagi kalian? Pergilah dari daerah ini menuju kota mana saja, maka kalian akan mendapatkan apa yang diinginkan dengan jumlah banyak di kebun-kebun dan pasar-pasar.” Maka ketika mereka pergi, jelaslah bagi mereka bahwasanya mereka lebih mengutamakan keinginan pribadi mereka – dalam setiap kesempatan mereka – daripada pilihan Allah. dan lebih mementingkan pemenuhan syahwat mereka dibandingkan apa yang telah Allah pilihkan bagi mereka. Oleh karena itu pastilah penghinaan dan kemiskinan jiwa melekat pada mereka. Mereka pun berpencar dan pulang dengan mendapat amarah dari Allah, karena mereka berpaling dari agama Allah dan juga karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah, membunuh para nabi dengan sewenang-wenang dan permusuhan. Dan hal tersebut diakibatkan oleh pelanggaran mereka dan tindakan mereka yang melampaui batas terhadap aturan Tuhan mereka.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ innallażīna āmanụ wallażīna hādụ wan-naṣārā waṣ-ṣābi`īna man āmana billāhi wal-yaumil-ākhiri wa ‘amila ṣāliḥan fa lahum ajruhum ‘inda rabbihim, wa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanụn
62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Sesungguhnya orang-orang beriman dari umat ini, yang membenarkan Allah dan rasul-Nya, dan mengamalkan syariat Nya dan orang-orang yang hidup sebelum pengangkatan Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai nabi dari umat-umat di masa lalu, seperti kaum Yahudi, Nasrani dan kaum shabiin (dan mereka kaum yang masih berada di atas Fitrah bawaan mereka tanpa memiliki ajaran agama baru yang mereka ikuti). Mereka semua itu bila beriman kepada Allah dengan benar lagi murni, dan kepada Hari Kebangkitan dan, Hari pembalasan dan beramal dengan amalan yang diridhoi di sisi Allah. Maka pahala mereka akan tetap utuh bagi mereka di sisi Tuhan, mereka tidak ada rasa takut terhadap mereka berkaitan dengan apa yang akan mereka hadapi dari perkara akhirat, dan mereka tidak bersedih hati karena tidak mendapatkan sebagian kenikmatan dunia. Adapun setelah diutusnya Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai penutup para nabi dan rasul kepada seluruh umat manusia, maka Allah tidak menerima dari siapapun ajaran agama selain agama yang dibawa beliau yaitu Islam.
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ wa iż akhażnā mīṡāqakum wa rafa’nā fauqakumuṭ-ṭụr, khużụ mā ātainākum biquwwatiw ważkurụ mā fīhi la’allakum tattaqụn
63. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa”. Dan Ingatlah -wahai Bani Israil- ketika kami mengambil janji yang dikukuhkan dari kalian, yaitu kalian beriman kepada Allah dan mengesakan Allah dengan ibadah. Dan kami mengangkat gunung Tursina di atas kepala kalian, dan kami beriman kepada kalian: “ambil Alkitab yang telah kami berikan kepada kalian dengan serius dan sungguh-sungguh serta peliharalah dengan baik. Dan jika tidak maka kami timpakan Gunung itu kepada kalian, dan janganlah kalian melupakan Taurat untuk membaca dan mengamalkannya Agar kalian bertakwa kepada Ku dan takut akan siksaan Ku.”
ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ ۖ فَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَكُنْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ ṡumma tawallaitum mim ba’di żālika falau lā faḍlullāhi ‘alaikum wa raḥmatuhụ lakuntum minal-khāsirīn
64. Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi. Kemudian kalian melanggar dan bermaksiat lagi, setelah diambilnya perjanjian dan diangkatnya gunung tersebut sebagaimana sifat kebiasaan kalian yang terus menerus. Maka kalaulah bukan karena kemurahan Allah terhadap kalian dan rahmatnya untuk menerima Taubat, dan memaafkan dosa-dosa kalian, pastilah kalian akan termasuk orang-orang yang merugi dunia dan akhirat.
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ wa laqad ‘alimtumullażīna’tadau mingkum fis-sabti fa qulnā lahum kụnụ qiradatan khāsi`īn
65. Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”. Dan sungguh kalian -wahai sekalian kaum Yahudi- telah mengetahui hukuman yang menimpa para pendahulu kalian dari penduduk negeri itu yang bermaksiat kepada Allah, berkaitan dengan janji yang telah Dia ambil dari mereka untuk mengagungkan hari Sabtu, tetapi mereka membuat tipu muslihat untuk bisa menangkap ikan pada hari Sabtu dengan memasang jaring-jaring dan menggali kolam, kemudianmenangkap ikan itu pada hari Ahad, sebagai tipu muslihat untuk melakukan perbuatan yang diharamkan. Maka setelah mereka melakukan itu, Allah mengubah bentuk mereka menjadi monyet yang hina.
فَجَعَلْنَاهَا نَكَالًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ fa ja’alnāhā nakālal limā baina yadaihā wa mā khalfahā wa mau’iẓatal lil-muttaqīn
66. Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Maka kami jadikan kampung itu menjadi pelajaran bagi penghuni kampong-kampung yang ada di sekitarnya, yang sampai kepada mereka berita dana pa yang menimpanya, dan menjadi pelajaran juga bagi siapa saja yang melakukan dosa sesudah mereka yang serupa dengan dosa itu, serta kami menjadikannya sebagai pengingat bagi orang-orang shaleh, agar mereka mengetahui bahwa mereka itu berada di atas jalan kebenaran hingga mereka dapat teguh berada di atasnya.
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً ۖ قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا ۖ قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ wa iż qāla mụsā liqaumihī innallāha ya`murukum an tażbaḥụ baqarah, qālū a tattakhiżunā huzuwā, qāla a’ụżu billāhi an akụna minal-jāhilīn
67. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina”. Mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil”. Dan Ingatlah -wahai Bani Israil- tindakan kejahatan para pendahulu kalian, dan banyaknya pembangkangan mereka serta debat mereka kepada Musa alaihi salam, tatkala Dia berkata kepada mereka “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kalian untuk menyembelih seekor sapi betina”, mereka menjawab dengan nada Sombong “apakah kamu mau menjadikan kami bahan olokan dan ejekan”. Maka Musa menjawab dengan berkata “aku memohon perlindungan kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang mengolok-olok”.
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ ۚ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا فَارِضٌ وَلَا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَٰلِكَ ۖ فَافْعَلُوا مَا تُؤْمَرُونَ qālud’u lanā rabbaka yubayyil lanā mā hiy, qāla innahụ yaqụlu innahā baqaratul lā fāriḍuw wa lā bikr, ‘awānum baina żālik, faf’alụ mā tu`marụn
68. Mereka menjawab: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina apakah itu”. Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu”. Mereka berkata “memohonlah kepada Tuhanmu agar menjelaskan kepada kami sifat sapi betina tersebut”. Musa menjawab mereka “Sesungguhnya Allah berfirman kepada kalian bahwa sifat sapi betina itu adalah bukan sapi yang sudah tua bongkok dan bukan sapi muda belia, akan tetapi sapi betina yang berusia tengah-tengah antara keduanya. Maka bersegeralah melaksanakan perintah Tuhan kalian”
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا لَوْنُهَا ۚ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاءُ فَاقِعٌ لَوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ qālud’u lanā rabbaka yubayyil lanā mā launuhā, qāla innahụ yaqụlu innahā baqaratun ṣafrā`u fāqi’ul launuhā tasurrun-nāẓirīn
69. Mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya”. Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya”. Mereka pun kembali berdebat dengan berujar “mohon lah kepada Tuhanmu untuk kami agar mau menjelaskan warnanya kepada kami?”. Musa Alaihissalam berkata “Sesungguhnya Dia berfirman bahwasanya sapi itu berwarna kuning pekat dan menyenangkan orang yang melihatnya”
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ qālud’u lanā rabbaka yubayyil lanā mā hiya innal-baqara tasyābaha ‘alainā, wa innā in syā`allāhu lamuhtadụn
70. Mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)”. Bani Israil berkata kepada Musa Alaihissalam “mohonlah kepada Tuhanmu untuk menjelaskan kepada kami sifat-sifat lain selain sifat sebelumnya, karena sapi -yang memiliki sifat-sifat seperti itu- banyak sehingga menjadi tidak jelas bagi kami, mana yang harus kamu pilih? Dan Sesungguhnya kami -insya Allah- akan memperoleh petunjuk untuk mendapatkan sapi yang diperintahkan untuk di sembelih itu.
قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا ذَلُولٌ تُثِيرُ الْأَرْضَ وَلَا تَسْقِي الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لَا شِيَةَ فِيهَا ۚ قَالُوا الْآنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ ۚ فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ qāla innahụ yaqụlu innahā baqaratul lā żalụlun tuṡīrul-arḍa wa lā tasqil-ḥarṡ, musallamatul lā syiyata fīhā, qālul-āna ji`ta bil-ḥaqqi fa żabaḥụhā wa mā kādụ yaf’alụn
71. Musa berkata: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya”. Mereka berkata: “Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”. Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. Musa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah berfirman: “sapi itu adalah sapi yang tidak diperuntukkan untuk bekerja membajak tanah untuk lahan pertanian, dan tidak dipergunakan untuk mengairi tanaman dari tempat penyiraman, dan bebas dari semua jenis cacat, tidak ada padanya tanda warna Selain warna dominan kulitnya.” Mereka berkata, “sekarang barulah kamu menyampaikan sifat karakter sapi betina itu”. Maka mereka pun terpaksa menyembelihnya setelah memakan waktu yang lama dalam usaha pencarian yang sulit. dan sesungguhnya mereka hampir saja tidak melakukannya karena sifat pembangkangan mereka. Demikianlah mereka mempersulit diri sendiri sehingga Allah pun mempersulit mereka.
وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا ۖ وَاللَّهُ مُخْرِجٌ مَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ wa iż qataltum nafsan faddāra’tum fīhā, wallāhu mukhrijum mā kuntum taktumụn
72. Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Dan ingatlah ketika Kalian membunuh satu jiwa lalu kalian berselisih tentang urusan itu. Masing-masing dari kalian menolak tuduhan pembunuhan dari dirinya. Dan Allah mengungkapkan rahasia yang kalian sembunyikan tentang pembunuhan korban itu.
فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا ۚ كَذَٰلِكَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَىٰ وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ fa qulnaḍribụhu biba’ḍihā, każālika yuḥyillāhul-mautā wa yurīkum āyātihī la’allakum ta’qilụn
73. Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti. Maka Kami berfirman: “pukullah korban pembunuhan itu dengan bagian tubuh dari sapi betina yang telah disembelih itu, maka Sesungguhnya Allah akan membangkitkan nya dalam keadaan hidup dan ia akan memberitahukan kepada kalian siapa orang yang membunuhnya. Lalu mereka memukulnya dengan salah satu bagian tubuh sapi tu, maka Allah menghidupkannya dan dia memberitahukan siapa pembunuhnya. Seperti itulah Allah menghidupkan orang-orang yang mati pada hari kiamat, dan memperlihatkan kepada kalian -wahai Bani Israil- mukjizat-mukjizat Nya yang menunjukkan kesempurnaan kuasa Allah, Supaya kalian berpikir dengan akal kalian sehingga kalian bisa menahan diri dari perbuatan maksiat kepada Nya.
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ ṡumma qasat qulụbukum mim ba’di żālika fa hiya kal-ḥijārati au asyaddu qaswah, wa inna minal-ḥijārati lamā yatafajjaru min-hul-an-hār, wa inna min-hā lamā yasysyaqqaqu fa yakhruju min-hul-mā`, wa inna min-hā lamā yahbiṭu min khasy-yatillāh, wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ta’malụn
74. Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. Akan tetapi kalian tidak mendapatkan manfaat sedikitpun dari kejadian itu, sebab setelah ditampakannya mukjizat-mukjizat yang luar biasa ini, hati-hati kalian justru dan mengeras dan membeku, sehingga tidak ada kebaikan yang dapat sampai kepadanya, dan tidak dapat melunak dihadapan tanda-tanda kuasa Ku yang mencengangkan itu yang aku Perlihatkan kepada kalian semua, sehingga hati-hati kalian menjadi seperti batu hitam yang amat keras, bahkan sebenarnya hati-hati mereka jauh lebih keras dari batu itu, karena sebagian bebatuan itu ada yang melebar dan berongga sehingga bisa mengalir darinya dengan kuat, maka ia menjadi sungai-sungai yang mengalir. Dan sebagian batuan ada yang terbelah dan pecah,maka keluarlah darinya mata air dan sumber air. Dan sebagian bebatuan bahkan ada yang jatuh dari gunung yang tinggi karena takut kepada Allah dan mengagungkan Nya. dan Allah tidak pernah lalai terhadap apa yang kalian perbuat.
۞ أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ a fa taṭma’ụna ay yu`minụ lakum wa qad kāna farīqum min-hum yasma’ụna kalāmallāhi ṡumma yuḥarrifụnahụ mim ba’di mā ‘aqalụhu wa hum ya’lamụn
75. Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?. Wahai orang-orang muslimin, Apakah kalian lupa terhadap tindakan-tindakan Bani Isroil, sampai jiwa kalian berhasrat kuat agar kaum Yahudi membenar agama kalian?. Dan sungguh para ulama mereka mendengarkan firman Allah yang berasal dari kitab Taurat, kemudian mereka mengubahnya dengan cara menyimpangkan ke makna yang bukan sebenarnya setelah mereka memahami hakikat nya, atau dengan cara mengubah-ubah teks bacaannya, sedang mereka itu menyadari bahwa mereka mengubah-ubah firman Tuhan alam semesta dengan sengaja dan dusta.
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَا بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُمْ بِمَا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُّوكُمْ بِهِ عِنْدَ رَبِّكُمْ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ wa iżā laqullażīna āmanụ qālū āmannā, wa iżā khalā ba’ḍuhum ilā ba’ḍing qālū a tuḥaddiṡụnahum bimā fataḥallāhu ‘alaikum liyuḥājjụkum bihī ‘inda rabbikum, a fa lā ta’qilụn
76. Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: “Kamipun telah beriman,” tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: “Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?” Kaum Yahudi itu jika mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman mereka berkata dengan lisan mereka, “kami beriman kepada agama kalian dan rasul kalian yang diisyaratkan dalam Kitab Taurat”, dan apabila sebagian orang munafik dari golongan Yahudi itu menyendiri bersama sebagian yang lainnya mereka berkata dengan pengingkaran, “Apakah kalian menyampaikan kepada kaum Mukminin berita yang Allah Jelaskan kepada kalian di dalam Taurat perihal Muhammad, sehingga menjadi penguat hujah bagi mereka terhadap kalian di hadapan Tuhan kalian pada hari kiamat? Tidakkah kalian itu paham dan waspada dari tindakan itu?”.
أَوَلَا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ a wa lā ya’lamụna annallāha ya’lamu mā yusirrụna wa mā yu’linụn
77. Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan? Apakah mereka melakukan semua tindakan kejahatan ini, dan tidak sadar bahwasanya Allah mengetahui seluruh perkara yang mereka sembunyikan dan mereka tampakkan dengan terang-terangan? وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ wa min-hum ummiyyụna lā ya’lamụnal-kitāba illā amāniyya wa in hum illā yaẓunnụn
78. Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga. Dan diantara kaum Yahudi ada segolongan yang tidak tahu tentang baca dan tulis, serta mereka tidak tahu tentang Taurat dan kandungannya yang memuat sifat-sifat nabi Allah dan rasulnya Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan apapun dari Taurat itu selain kedustaan-kedustaan dan praduga-praduga yang rusak.
فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ fa wailul lillażīna yaktubụnal-kitāba bi`aidīhim ṡumma yaqụlụna hāżā min ‘indillāhi liyasytarụ bihī ṡamanang qalīlā, fa wailul lahum mimmā katabat aidīhim wa wailul lahum mimmā yaksibụn
79. Maka kecelakaan yAng besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. Maka kebinasaan dan ancaman yang keras bagi para pendeta busuk dari kalangan Yahudi yang menulis Kitab dengan tangan-tangan mereka, lalu mereka mengatakan “ini berasal dari sisi Allah” padahal bertentangan dengan apa yang Allah turunkan kepada nabi Nya Musa Alaihissalam, supaya mereka dapat mengambil keuntungan duniawi sebagai imbalannya. Maka bagi mereka siksaan yang membinasakan dikarenakan tulisan mereka yang batil yang ditulis dengan tangan-tangan mereka, dan bagi mereka siksaan yang membinasakan atas harta haram yang mereka ambil sebagai imbalannya, seperti uang suap dan lainnya.
وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَةً ۚ قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ ۖ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ wa qālụ lan tamassanan-nāru illā ayyāmam ma’dụdah, qul attakhażtum ‘indallāhi ‘ahdan fa lay yukhlifallāhu ‘ahdahū am taqụlụna ‘alallāhi mā lā ta’lamụn
80. Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja”. Katakanlah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” Bani Israil berkata, “api neraka tidak akan menimpa kami di akhirat kelak kecuali beberapa hari yang tidak lama hitungannya. Katakanlah kepada mereka -wahai Rasul- untuk mematahkan klaim mereka, “Apakah kalian memiliki janji di sisi Allah tentang itu, sesungguhnya Allah tidak memungkiri janji?, justru sebaliknya kalian mengatakan atas nama Allah apa yang kalian sendiri tidak mengetahuinya dan kedustaan yang kalian buat buat itu”.
Arab-Latin: alif lām mīm
Terjemah Arti:
2. Al-Baqarah (61-80) : Tafsir
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَنْ نَصْبِرَ عَلَىٰ طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۖ قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَىٰ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ ۚ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ ۗ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ wa iż qultum yā mụsā lan naṣbira ‘alā ṭa’āmiw wāḥidin fad’u lanā rabbaka yukhrij lanā mimmā tumbitul-arḍu mim baqlihā wa qiṡṡā`ihā wa fụmihā wa ‘adasihā wa baṣalihā, qāla a tastabdilụnallażī huwa adnā billażī huwa khaīr, ihbiṭụ miṣran fa inna lakum mā sa`altum, wa ḍuribat ‘alaihimuż-żillatu wal-maskanatu wa bā`ụ bigaḍabim minallāh, żālika bi`annahum kānụ yakfurụna bi`āyātillāhi wa yaqtulụnan-nabiyyīna bigairil-ḥaqq, żālika bimā ‘aṣaw wa kānụ ya’tadụn
61. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya”. Musa berkata: “Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta”. Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. Dan ingatlah oleh kalian tatkala kami menurunkan makanan manis, dan daging burung yang lezat. Maka kalian menolak nikmat besar itu Lalu seperti kebiasaan kalian, dan kalian merasa sempit dan bosan hingga kalian berkata “wahai Musa kami tidak bisa bersabar dengan makanan yang terus sama saja yang tidak berganti-ganti selama sekian hari ini, maka mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu agar mengeluarkan bagi kami dari bumi berupa tanaman-tanaman sebagai makanan seperti sayur mayur, mentimun, biji-bijian yang dapat dimakan,adas dan bawang merah.” Musa menjawab -dengan nada pengingkaran- Apakah kalian meminta makanan-makanan tersebut yang jelas berkualitas lebih rendah, sedangkan kalian mengabaikan rizki ini yang jelas bermanfaat yang telah dipilihkan Allah bagi kalian? Pergilah dari daerah ini menuju kota mana saja, maka kalian akan mendapatkan apa yang diinginkan dengan jumlah banyak di kebun-kebun dan pasar-pasar.” Maka ketika mereka pergi, jelaslah bagi mereka bahwasanya mereka lebih mengutamakan keinginan pribadi mereka – dalam setiap kesempatan mereka – daripada pilihan Allah. dan lebih mementingkan pemenuhan syahwat mereka dibandingkan apa yang telah Allah pilihkan bagi mereka. Oleh karena itu pastilah penghinaan dan kemiskinan jiwa melekat pada mereka. Mereka pun berpencar dan pulang dengan mendapat amarah dari Allah, karena mereka berpaling dari agama Allah dan juga karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah, membunuh para nabi dengan sewenang-wenang dan permusuhan. Dan hal tersebut diakibatkan oleh pelanggaran mereka dan tindakan mereka yang melampaui batas terhadap aturan Tuhan mereka.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ innallażīna āmanụ wallażīna hādụ wan-naṣārā waṣ-ṣābi`īna man āmana billāhi wal-yaumil-ākhiri wa ‘amila ṣāliḥan fa lahum ajruhum ‘inda rabbihim, wa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanụn
62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Sesungguhnya orang-orang beriman dari umat ini, yang membenarkan Allah dan rasul-Nya, dan mengamalkan syariat Nya dan orang-orang yang hidup sebelum pengangkatan Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai nabi dari umat-umat di masa lalu, seperti kaum Yahudi, Nasrani dan kaum shabiin (dan mereka kaum yang masih berada di atas Fitrah bawaan mereka tanpa memiliki ajaran agama baru yang mereka ikuti). Mereka semua itu bila beriman kepada Allah dengan benar lagi murni, dan kepada Hari Kebangkitan dan, Hari pembalasan dan beramal dengan amalan yang diridhoi di sisi Allah. Maka pahala mereka akan tetap utuh bagi mereka di sisi Tuhan, mereka tidak ada rasa takut terhadap mereka berkaitan dengan apa yang akan mereka hadapi dari perkara akhirat, dan mereka tidak bersedih hati karena tidak mendapatkan sebagian kenikmatan dunia. Adapun setelah diutusnya Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai penutup para nabi dan rasul kepada seluruh umat manusia, maka Allah tidak menerima dari siapapun ajaran agama selain agama yang dibawa beliau yaitu Islam.
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ wa iż akhażnā mīṡāqakum wa rafa’nā fauqakumuṭ-ṭụr, khużụ mā ātainākum biquwwatiw ważkurụ mā fīhi la’allakum tattaqụn
63. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa”. Dan Ingatlah -wahai Bani Israil- ketika kami mengambil janji yang dikukuhkan dari kalian, yaitu kalian beriman kepada Allah dan mengesakan Allah dengan ibadah. Dan kami mengangkat gunung Tursina di atas kepala kalian, dan kami beriman kepada kalian: “ambil Alkitab yang telah kami berikan kepada kalian dengan serius dan sungguh-sungguh serta peliharalah dengan baik. Dan jika tidak maka kami timpakan Gunung itu kepada kalian, dan janganlah kalian melupakan Taurat untuk membaca dan mengamalkannya Agar kalian bertakwa kepada Ku dan takut akan siksaan Ku.”
ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ ۖ فَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَكُنْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ ṡumma tawallaitum mim ba’di żālika falau lā faḍlullāhi ‘alaikum wa raḥmatuhụ lakuntum minal-khāsirīn
64. Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi. Kemudian kalian melanggar dan bermaksiat lagi, setelah diambilnya perjanjian dan diangkatnya gunung tersebut sebagaimana sifat kebiasaan kalian yang terus menerus. Maka kalaulah bukan karena kemurahan Allah terhadap kalian dan rahmatnya untuk menerima Taubat, dan memaafkan dosa-dosa kalian, pastilah kalian akan termasuk orang-orang yang merugi dunia dan akhirat.
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ wa laqad ‘alimtumullażīna’tadau mingkum fis-sabti fa qulnā lahum kụnụ qiradatan khāsi`īn
65. Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”. Dan sungguh kalian -wahai sekalian kaum Yahudi- telah mengetahui hukuman yang menimpa para pendahulu kalian dari penduduk negeri itu yang bermaksiat kepada Allah, berkaitan dengan janji yang telah Dia ambil dari mereka untuk mengagungkan hari Sabtu, tetapi mereka membuat tipu muslihat untuk bisa menangkap ikan pada hari Sabtu dengan memasang jaring-jaring dan menggali kolam, kemudianmenangkap ikan itu pada hari Ahad, sebagai tipu muslihat untuk melakukan perbuatan yang diharamkan. Maka setelah mereka melakukan itu, Allah mengubah bentuk mereka menjadi monyet yang hina.
فَجَعَلْنَاهَا نَكَالًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ fa ja’alnāhā nakālal limā baina yadaihā wa mā khalfahā wa mau’iẓatal lil-muttaqīn
66. Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Maka kami jadikan kampung itu menjadi pelajaran bagi penghuni kampong-kampung yang ada di sekitarnya, yang sampai kepada mereka berita dana pa yang menimpanya, dan menjadi pelajaran juga bagi siapa saja yang melakukan dosa sesudah mereka yang serupa dengan dosa itu, serta kami menjadikannya sebagai pengingat bagi orang-orang shaleh, agar mereka mengetahui bahwa mereka itu berada di atas jalan kebenaran hingga mereka dapat teguh berada di atasnya.
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً ۖ قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا ۖ قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ wa iż qāla mụsā liqaumihī innallāha ya`murukum an tażbaḥụ baqarah, qālū a tattakhiżunā huzuwā, qāla a’ụżu billāhi an akụna minal-jāhilīn
67. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina”. Mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil”. Dan Ingatlah -wahai Bani Israil- tindakan kejahatan para pendahulu kalian, dan banyaknya pembangkangan mereka serta debat mereka kepada Musa alaihi salam, tatkala Dia berkata kepada mereka “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kalian untuk menyembelih seekor sapi betina”, mereka menjawab dengan nada Sombong “apakah kamu mau menjadikan kami bahan olokan dan ejekan”. Maka Musa menjawab dengan berkata “aku memohon perlindungan kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang mengolok-olok”.
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ ۚ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا فَارِضٌ وَلَا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَٰلِكَ ۖ فَافْعَلُوا مَا تُؤْمَرُونَ qālud’u lanā rabbaka yubayyil lanā mā hiy, qāla innahụ yaqụlu innahā baqaratul lā fāriḍuw wa lā bikr, ‘awānum baina żālik, faf’alụ mā tu`marụn
68. Mereka menjawab: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina apakah itu”. Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu”. Mereka berkata “memohonlah kepada Tuhanmu agar menjelaskan kepada kami sifat sapi betina tersebut”. Musa menjawab mereka “Sesungguhnya Allah berfirman kepada kalian bahwa sifat sapi betina itu adalah bukan sapi yang sudah tua bongkok dan bukan sapi muda belia, akan tetapi sapi betina yang berusia tengah-tengah antara keduanya. Maka bersegeralah melaksanakan perintah Tuhan kalian”
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا لَوْنُهَا ۚ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاءُ فَاقِعٌ لَوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ qālud’u lanā rabbaka yubayyil lanā mā launuhā, qāla innahụ yaqụlu innahā baqaratun ṣafrā`u fāqi’ul launuhā tasurrun-nāẓirīn
69. Mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya”. Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya”. Mereka pun kembali berdebat dengan berujar “mohon lah kepada Tuhanmu untuk kami agar mau menjelaskan warnanya kepada kami?”. Musa Alaihissalam berkata “Sesungguhnya Dia berfirman bahwasanya sapi itu berwarna kuning pekat dan menyenangkan orang yang melihatnya”
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ qālud’u lanā rabbaka yubayyil lanā mā hiya innal-baqara tasyābaha ‘alainā, wa innā in syā`allāhu lamuhtadụn
70. Mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)”. Bani Israil berkata kepada Musa Alaihissalam “mohonlah kepada Tuhanmu untuk menjelaskan kepada kami sifat-sifat lain selain sifat sebelumnya, karena sapi -yang memiliki sifat-sifat seperti itu- banyak sehingga menjadi tidak jelas bagi kami, mana yang harus kamu pilih? Dan Sesungguhnya kami -insya Allah- akan memperoleh petunjuk untuk mendapatkan sapi yang diperintahkan untuk di sembelih itu.
قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا ذَلُولٌ تُثِيرُ الْأَرْضَ وَلَا تَسْقِي الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لَا شِيَةَ فِيهَا ۚ قَالُوا الْآنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ ۚ فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ qāla innahụ yaqụlu innahā baqaratul lā żalụlun tuṡīrul-arḍa wa lā tasqil-ḥarṡ, musallamatul lā syiyata fīhā, qālul-āna ji`ta bil-ḥaqqi fa żabaḥụhā wa mā kādụ yaf’alụn
71. Musa berkata: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya”. Mereka berkata: “Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”. Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. Musa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah berfirman: “sapi itu adalah sapi yang tidak diperuntukkan untuk bekerja membajak tanah untuk lahan pertanian, dan tidak dipergunakan untuk mengairi tanaman dari tempat penyiraman, dan bebas dari semua jenis cacat, tidak ada padanya tanda warna Selain warna dominan kulitnya.” Mereka berkata, “sekarang barulah kamu menyampaikan sifat karakter sapi betina itu”. Maka mereka pun terpaksa menyembelihnya setelah memakan waktu yang lama dalam usaha pencarian yang sulit. dan sesungguhnya mereka hampir saja tidak melakukannya karena sifat pembangkangan mereka. Demikianlah mereka mempersulit diri sendiri sehingga Allah pun mempersulit mereka.
وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا ۖ وَاللَّهُ مُخْرِجٌ مَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ wa iż qataltum nafsan faddāra’tum fīhā, wallāhu mukhrijum mā kuntum taktumụn
72. Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Dan ingatlah ketika Kalian membunuh satu jiwa lalu kalian berselisih tentang urusan itu. Masing-masing dari kalian menolak tuduhan pembunuhan dari dirinya. Dan Allah mengungkapkan rahasia yang kalian sembunyikan tentang pembunuhan korban itu.
فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا ۚ كَذَٰلِكَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَىٰ وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ fa qulnaḍribụhu biba’ḍihā, każālika yuḥyillāhul-mautā wa yurīkum āyātihī la’allakum ta’qilụn
73. Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti. Maka Kami berfirman: “pukullah korban pembunuhan itu dengan bagian tubuh dari sapi betina yang telah disembelih itu, maka Sesungguhnya Allah akan membangkitkan nya dalam keadaan hidup dan ia akan memberitahukan kepada kalian siapa orang yang membunuhnya. Lalu mereka memukulnya dengan salah satu bagian tubuh sapi tu, maka Allah menghidupkannya dan dia memberitahukan siapa pembunuhnya. Seperti itulah Allah menghidupkan orang-orang yang mati pada hari kiamat, dan memperlihatkan kepada kalian -wahai Bani Israil- mukjizat-mukjizat Nya yang menunjukkan kesempurnaan kuasa Allah, Supaya kalian berpikir dengan akal kalian sehingga kalian bisa menahan diri dari perbuatan maksiat kepada Nya.
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ ṡumma qasat qulụbukum mim ba’di żālika fa hiya kal-ḥijārati au asyaddu qaswah, wa inna minal-ḥijārati lamā yatafajjaru min-hul-an-hār, wa inna min-hā lamā yasysyaqqaqu fa yakhruju min-hul-mā`, wa inna min-hā lamā yahbiṭu min khasy-yatillāh, wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ta’malụn
74. Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. Akan tetapi kalian tidak mendapatkan manfaat sedikitpun dari kejadian itu, sebab setelah ditampakannya mukjizat-mukjizat yang luar biasa ini, hati-hati kalian justru dan mengeras dan membeku, sehingga tidak ada kebaikan yang dapat sampai kepadanya, dan tidak dapat melunak dihadapan tanda-tanda kuasa Ku yang mencengangkan itu yang aku Perlihatkan kepada kalian semua, sehingga hati-hati kalian menjadi seperti batu hitam yang amat keras, bahkan sebenarnya hati-hati mereka jauh lebih keras dari batu itu, karena sebagian bebatuan itu ada yang melebar dan berongga sehingga bisa mengalir darinya dengan kuat, maka ia menjadi sungai-sungai yang mengalir. Dan sebagian batuan ada yang terbelah dan pecah,maka keluarlah darinya mata air dan sumber air. Dan sebagian bebatuan bahkan ada yang jatuh dari gunung yang tinggi karena takut kepada Allah dan mengagungkan Nya. dan Allah tidak pernah lalai terhadap apa yang kalian perbuat.
۞ أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ a fa taṭma’ụna ay yu`minụ lakum wa qad kāna farīqum min-hum yasma’ụna kalāmallāhi ṡumma yuḥarrifụnahụ mim ba’di mā ‘aqalụhu wa hum ya’lamụn
75. Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?. Wahai orang-orang muslimin, Apakah kalian lupa terhadap tindakan-tindakan Bani Isroil, sampai jiwa kalian berhasrat kuat agar kaum Yahudi membenar agama kalian?. Dan sungguh para ulama mereka mendengarkan firman Allah yang berasal dari kitab Taurat, kemudian mereka mengubahnya dengan cara menyimpangkan ke makna yang bukan sebenarnya setelah mereka memahami hakikat nya, atau dengan cara mengubah-ubah teks bacaannya, sedang mereka itu menyadari bahwa mereka mengubah-ubah firman Tuhan alam semesta dengan sengaja dan dusta.
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَا بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُمْ بِمَا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُّوكُمْ بِهِ عِنْدَ رَبِّكُمْ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ wa iżā laqullażīna āmanụ qālū āmannā, wa iżā khalā ba’ḍuhum ilā ba’ḍing qālū a tuḥaddiṡụnahum bimā fataḥallāhu ‘alaikum liyuḥājjụkum bihī ‘inda rabbikum, a fa lā ta’qilụn
76. Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: “Kamipun telah beriman,” tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: “Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?” Kaum Yahudi itu jika mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman mereka berkata dengan lisan mereka, “kami beriman kepada agama kalian dan rasul kalian yang diisyaratkan dalam Kitab Taurat”, dan apabila sebagian orang munafik dari golongan Yahudi itu menyendiri bersama sebagian yang lainnya mereka berkata dengan pengingkaran, “Apakah kalian menyampaikan kepada kaum Mukminin berita yang Allah Jelaskan kepada kalian di dalam Taurat perihal Muhammad, sehingga menjadi penguat hujah bagi mereka terhadap kalian di hadapan Tuhan kalian pada hari kiamat? Tidakkah kalian itu paham dan waspada dari tindakan itu?”.
أَوَلَا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ a wa lā ya’lamụna annallāha ya’lamu mā yusirrụna wa mā yu’linụn
77. Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan? Apakah mereka melakukan semua tindakan kejahatan ini, dan tidak sadar bahwasanya Allah mengetahui seluruh perkara yang mereka sembunyikan dan mereka tampakkan dengan terang-terangan? وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ wa min-hum ummiyyụna lā ya’lamụnal-kitāba illā amāniyya wa in hum illā yaẓunnụn
78. Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga. Dan diantara kaum Yahudi ada segolongan yang tidak tahu tentang baca dan tulis, serta mereka tidak tahu tentang Taurat dan kandungannya yang memuat sifat-sifat nabi Allah dan rasulnya Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan apapun dari Taurat itu selain kedustaan-kedustaan dan praduga-praduga yang rusak.
فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ fa wailul lillażīna yaktubụnal-kitāba bi`aidīhim ṡumma yaqụlụna hāżā min ‘indillāhi liyasytarụ bihī ṡamanang qalīlā, fa wailul lahum mimmā katabat aidīhim wa wailul lahum mimmā yaksibụn
79. Maka kecelakaan yAng besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. Maka kebinasaan dan ancaman yang keras bagi para pendeta busuk dari kalangan Yahudi yang menulis Kitab dengan tangan-tangan mereka, lalu mereka mengatakan “ini berasal dari sisi Allah” padahal bertentangan dengan apa yang Allah turunkan kepada nabi Nya Musa Alaihissalam, supaya mereka dapat mengambil keuntungan duniawi sebagai imbalannya. Maka bagi mereka siksaan yang membinasakan dikarenakan tulisan mereka yang batil yang ditulis dengan tangan-tangan mereka, dan bagi mereka siksaan yang membinasakan atas harta haram yang mereka ambil sebagai imbalannya, seperti uang suap dan lainnya.
وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَةً ۚ قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ ۖ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ wa qālụ lan tamassanan-nāru illā ayyāmam ma’dụdah, qul attakhażtum ‘indallāhi ‘ahdan fa lay yukhlifallāhu ‘ahdahū am taqụlụna ‘alallāhi mā lā ta’lamụn
80. Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja”. Katakanlah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” Bani Israil berkata, “api neraka tidak akan menimpa kami di akhirat kelak kecuali beberapa hari yang tidak lama hitungannya. Katakanlah kepada mereka -wahai Rasul- untuk mematahkan klaim mereka, “Apakah kalian memiliki janji di sisi Allah tentang itu, sesungguhnya Allah tidak memungkiri janji?, justru sebaliknya kalian mengatakan atas nama Allah apa yang kalian sendiri tidak mengetahuinya dan kedustaan yang kalian buat buat itu”.
2. Al-Baqarah (61-80) : Tafsir
ReplyDelete