Ciri-ciri Finhashiyyah
![]() |
Ciri-ciri Finhashiyyah |
Baru baru ini viral seorang USSUR [Ustadz Superior] berbicara didepan salah satu TV Nasional yang mengatakan bahwa kunci surga itu bukan berdasarkan keimanan, tetapi berdasarkan kebaikan yang dilakukan di dunia ini tanpa mengenal perbedaan keyakinan yang dianut.
Superior kebenaran jika boleh diartikan secara bebas adalah sebuah perjuangan menuju kesempurnaan diri, berdasarkan penilaian diri sendiri dan pemahaman diri sendiri.
Jika yang bersangkutan merasa Ustadz, maka ukuran kebenaran adalah Al Quran dan Sunnah, bukan pemahaman superior kebenaran anda, emang anda Tuhan?
Apakah salah jika salah satu agama memberikan jaminan bahwa hanya pengikutnya yang akan masuk surga...? Tentu tidak!
Itu adalah hak dari agama tersebut, apapun agamanya dan selama hal itu disampaikan didepan Jamaahnya.
Pepatah arab mengatakan : manusia itu bak gerombolan burung, sebagian akan mengikuti lainnya. Dan pada gilirannya, akan menanamkan kesan pada benak orang tersebut bahwa pendapat yang menyalahi mereka merupakan pendapat yang keliru dan salah, dan otomatis orang-orang yang tidak sejalan dengan mereka pun ia anggap kumpulan orang yang salah jalan [sesat].
Didalam Islam bahwa Kita adalah Hamba Tuhan Tugas kita mengikuti apa yang Tuhan Katakan, Kita cuma hamba yaa. Catat!
Ketika Allah bilang, "Agama yang diridhai cuma Islam" (QS Ali Imran: 19), ikuti saja, kita hamba. Jangan anda bilang "semua agama sama", emang anda Tuhan?
Ketika Allah bilang, "Amal orang kafir sia-sia" (QS An-Nur: 39)", ikuti saja, kita hamba. jangan anda malah bilang "yang penting baik, semua masuk surga", emang anda Tuhan?
Ketika Allah bilang, "Orang munafiq dalam kerak neraka" (QS An-Nisa: 145), ikuti saja, kita hamba. Jangan anda malah bilang, "gak ada orang yang masuk neraka", emang anda Tuhan?
Ketika Allah bilang, "Kafirlah orang yang bilang اللّهُ itu satu dari yang tiga" (QS Al Maidah: 73), ikuti saja, kita hamba. Jangan anda bilang "semua agama benar", emang anda Tuhan?
Ketika Allah bilang, "haramkan pilih pemimpin kafir (QS Al Maidah: 51)", ikuti saja, kita hamba. Jangan terus anda bilang "halal pilih pemimpin kafir", emang anda Tuhan?
Sekali lagi!!!
Kita hanya Hamba Tuhan, tugas kita mengikuti apa yang Tuhan katakan. Baca dan amalkan Al-Quran, sudah sempurna, tak perlu meliuk-liuk bermain kata-kata.
Secara tidak sadar, mulai banyak yang terjangkiti finhashiyyah, dan celakanya yang terkena justru banyak kalangan yang dianggap kaum intelektual dan tokoh.
Apa itu finhashiyyah atau pengikut-pengikut finhash ?? Siapakah finhash itu ??
[ Finhashiyyah ( الفِنْحَاصِيَّةُ ) ]
Dahulu, di zaman Nabi Muhammad, ada seorang lelaki yang bernama Finhash ( فِنْحَاصٌ ).
Orang ini adalah salah satu tokoh intelektual kaum Yahudi yang didengarkan ucapannya dan menjadi panutan.
Suatu hari, Abu Bakar menasehatinya agar masuk Islam, namun secara kurangajar dia merespon dengan kata-kata yang ringkasnya kira-kira seperti ini:
“Hai Abu Bakar, tuhanmu itu dalam Al-Qur’an itu ‘kan bilang mau pinjam uang kepada orang-orang beriman. Kalau dia pinjam uang, berarti dia miskin dong”
Orang ini memaksudkan ayat dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
{مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً} [البقرة: 245]
245. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak?
Ayat yang sebenarnya sangat jelas dalam cita rasa bahasa Arab dengan kualitas sastra tinggi bermakna anjuran berinfak dijalan Allah (ini bahasa majasi/metafor yang sudah biasa diulas sangat bagus oleh ulama-ulama tafsir) kemudian DIPUTAR BALIKKAN MAKNANYA dengan tujuan yang busuk.
Memutar balikkan kata-kata!
Inilah sifat Finhash.
Kekurangajaran Finhash ini sampai diabadikan dalam Al-Qur’an:
{لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ } [آل عمران: 181]
181. Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya". Aku akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Aku akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang mem bakar"
Rupanya, kecenderungan menyimpang dalam dien seperti Finhash ini di zaman sekarang pelan-pelan banyak menginfeksi orang.
Secara tidak sadar, mulai banyak yang terjangkiti finhashiyyah, dan celakanya yang terkena justru banyak kalangan yang dianggap kaum intelektual dan tokoh.
Yang jadi korban selalu orang awam.
“Tuhan tidak perlu dibela, karena Dia Maha Kuasa. Bukankah Dia Raja alam semesta?”
“Islam tidak perlu dibela, karena sudah mulia. Islam itu rusak karena pemeluknya”
“Nabi Muhammad tidak perlu dibela, beliau sudah mulia. Penghinaan tidak mengurangi keagungan beliau”
dsb
Sungguh, ungkapan di atas adalah pemutar balikan kata-kata.
Akrobat intelektual. Mirip seperti cara argumentasi “slengekan” ketika orang mengatakan:
“Istri orang, sebenarnya adalah istri kita juga, karena kita adalah orang”
Orang yang berpengetahuan akan mudah mengidentifikasi kebatilan ucapan tersebut, namun orang awam bisa jadi ada yang terfitnah.
Orang beriman membela Allah itu jangan dibayangkan bahwa yang dibela adalah lemah sehingga butuh perlindungan. Membela Allah adalah bahasa metafor, maknanya adalah tidak terima penghinaan terhadap Allah, dan itu adalah bukti cinta. Allah tidak menuntut kita melindungi-Nya, tetapi menuntut kita menyembah-Nya. Aksi terpenting penyembahan kepada-Nya adalah menjadikan puncak cinta hanya kepada-Nya. Adalah cinta palsu jika diam saja ketika yang dicintai dihinakan.
Membela Islam itu jangan dibayangkan islam seperti makhluk hina yang perlu dilindungi. Membela islam adalah bahasa metafor. Maknanya menjalankan perintah Allah sebagai bentuk ketaatan untuk meninggikan kalimat-Nya.
Membela Nabi Muhammad itu bukan karena dengan penghinaan maka keagungan beliau menjadi berkurang. Menjaga kehormatan Nabi Muhammad adalah tuntutan iman dan konsekuensi cinta kepada Allah. Dusta besar jika ada orang yang mengaku cinta Allah, tetapi tidak cinta kepada nabi Muhammad.
Bahasa majasi dalam Al-Qur’an itu banyak. Untuk memahaminya perlu bahasa Arab yang cukup, ilmu balaghoh, pengetahuan syair jahiliyyah, dan penjelasan ulama yang otoritatif.
Contoh ayat yang sering didengar:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ} [محمد: 7]
7. Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu
Betapa rusaknya jika ayat ini dipahami bahwa Allah itu lemah sehingga perlu ditolong.
Memutar balikkan kata-kata adalah sunnahnya kaum Yahudi. Firman Allah dalam Al-Qur’an:
{يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ } [المائدة: 13]
“mereka mengubah kalimat-kalimat dari tempatnya”
Waspada dengan Finhash-Finhash zaman sekarang.
Jika ada tokoh yang dikagumi, atau kaum intelek yang didengarkan ucapannya namun memiliki kecenderungan finhashiyyah, segera saja ditinggalkan.
Ganti panutan.
Agar tidak salah jalan.
Wallahua’lam.
Oleh : Muafa Abu Haura
Pengasuh Pondok Pesantren IRTAQI Malang
Apa itu finhashiyyah atau pengikut-pengikut finhash ?? Siapakah finhash itu ??
[ Finhashiyyah ( الفِنْحَاصِيَّةُ ) ]
Dahulu, di zaman Nabi Muhammad, ada seorang lelaki yang bernama Finhash ( فِنْحَاصٌ ).
Orang ini adalah salah satu tokoh intelektual kaum Yahudi yang didengarkan ucapannya dan menjadi panutan.
Suatu hari, Abu Bakar menasehatinya agar masuk Islam, namun secara kurangajar dia merespon dengan kata-kata yang ringkasnya kira-kira seperti ini:
“Hai Abu Bakar, tuhanmu itu dalam Al-Qur’an itu ‘kan bilang mau pinjam uang kepada orang-orang beriman. Kalau dia pinjam uang, berarti dia miskin dong”
Orang ini memaksudkan ayat dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
{مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً} [البقرة: 245]
245. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak?
Ayat yang sebenarnya sangat jelas dalam cita rasa bahasa Arab dengan kualitas sastra tinggi bermakna anjuran berinfak dijalan Allah (ini bahasa majasi/metafor yang sudah biasa diulas sangat bagus oleh ulama-ulama tafsir) kemudian DIPUTAR BALIKKAN MAKNANYA dengan tujuan yang busuk.
Memutar balikkan kata-kata!
Inilah sifat Finhash.
Kekurangajaran Finhash ini sampai diabadikan dalam Al-Qur’an:
{لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ } [آل عمران: 181]
181. Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya". Aku akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Aku akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang mem bakar"
Rupanya, kecenderungan menyimpang dalam dien seperti Finhash ini di zaman sekarang pelan-pelan banyak menginfeksi orang.
Secara tidak sadar, mulai banyak yang terjangkiti finhashiyyah, dan celakanya yang terkena justru banyak kalangan yang dianggap kaum intelektual dan tokoh.
Yang jadi korban selalu orang awam.
Contoh ungkapan memutar balikkan kata-kata:
“Tuhan tidak perlu dibela, karena Dia Maha Kuasa. Bukankah Dia Raja alam semesta?”
“Islam tidak perlu dibela, karena sudah mulia. Islam itu rusak karena pemeluknya”
“Nabi Muhammad tidak perlu dibela, beliau sudah mulia. Penghinaan tidak mengurangi keagungan beliau”
dsb
Sungguh, ungkapan di atas adalah pemutar balikan kata-kata.
Akrobat intelektual. Mirip seperti cara argumentasi “slengekan” ketika orang mengatakan:
“Istri orang, sebenarnya adalah istri kita juga, karena kita adalah orang”
Orang yang berpengetahuan akan mudah mengidentifikasi kebatilan ucapan tersebut, namun orang awam bisa jadi ada yang terfitnah.
Orang beriman membela Allah itu jangan dibayangkan bahwa yang dibela adalah lemah sehingga butuh perlindungan. Membela Allah adalah bahasa metafor, maknanya adalah tidak terima penghinaan terhadap Allah, dan itu adalah bukti cinta. Allah tidak menuntut kita melindungi-Nya, tetapi menuntut kita menyembah-Nya. Aksi terpenting penyembahan kepada-Nya adalah menjadikan puncak cinta hanya kepada-Nya. Adalah cinta palsu jika diam saja ketika yang dicintai dihinakan.
Membela Islam itu jangan dibayangkan islam seperti makhluk hina yang perlu dilindungi. Membela islam adalah bahasa metafor. Maknanya menjalankan perintah Allah sebagai bentuk ketaatan untuk meninggikan kalimat-Nya.
Membela Nabi Muhammad itu bukan karena dengan penghinaan maka keagungan beliau menjadi berkurang. Menjaga kehormatan Nabi Muhammad adalah tuntutan iman dan konsekuensi cinta kepada Allah. Dusta besar jika ada orang yang mengaku cinta Allah, tetapi tidak cinta kepada nabi Muhammad.
Bahasa majasi dalam Al-Qur’an itu banyak. Untuk memahaminya perlu bahasa Arab yang cukup, ilmu balaghoh, pengetahuan syair jahiliyyah, dan penjelasan ulama yang otoritatif.
Contoh ayat yang sering didengar:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ} [محمد: 7]
7. Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu
Betapa rusaknya jika ayat ini dipahami bahwa Allah itu lemah sehingga perlu ditolong.
Memutar balikkan kata-kata adalah sunnahnya kaum Yahudi. Firman Allah dalam Al-Qur’an:
{يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ } [المائدة: 13]
“mereka mengubah kalimat-kalimat dari tempatnya”
Waspada dengan Finhash-Finhash zaman sekarang.
Jika ada tokoh yang dikagumi, atau kaum intelek yang didengarkan ucapannya namun memiliki kecenderungan finhashiyyah, segera saja ditinggalkan.
Ganti panutan.
Agar tidak salah jalan.
Wallahua’lam.
Oleh : Muafa Abu Haura
Pengasuh Pondok Pesantren IRTAQI Malang
Post a Comment for "Ciri-ciri Finhashiyyah"