Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Maulid Muhammad calon Nabi dan Rasul

Maulid Muhammad calon nabi dan rasul


Bulan Rabul Awal ditandai dengan ramainya umat Islam ber-maulid, suatu tradisi yang sudah kronis, terutama di kalangan umat Islam madzhab Syafi'iyyah; meskipun kakekatnya ber-maulid tersebut bukanlah tradisi yang lahir dari ketetapan Syara', sebab disamping tidak diperintahkan Allah, juga tidak pernah dicontohkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.

Tradisi ber-maulid mulai terjadi pada awal abad ke 7 (tujuh) Hijriyah yang diprakarsai oleh ABU SA'ID BIN ABI HASAN ALI, seorang manusia yang mendapat predikat "penjaga alam semesta" yang hidup dibawah dinasti Irbil; kemudian pada abad ke 8 (delapan) semakin digalakan demi untuk kepentingan politik melawan kaum Nashrani.

Pada abad ke 11 (sebelas) muncullah seorang penyair sastra bernama JA'FAR AL-BARZANJI yang mengolah sebuah buku puji-pujian terhadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam; hingga kini buku teresebut dikenal dengan KITAB BARZANJI, yang setiap ber-maulid dibacakan dengan khusyu.

Setiap daerah mempunyai ciri khas tersendiri dalam ber-maulid, misalnya saja ber-maulid dikawasan Keraton Kesultanan Yogyakarta, yang diramaikan dengan mencuci benda pusaka keraton; kemudian airnya ditampung untuk diminum, konon air itu mengandung berkah, selain dari itu, dibuat pula tumpeng raksasa yang disekelilingnya dipenuhi sesajen dan asap kemenyan, konon yang memakan tumpeng tersebut hidupnya bisa jaya.

Yang paling ramai adalah ber-maulid di kawasan Cirebon, manusia berduyun-duyun meuju kuburan SUNAN GUNUNG JATI; mereka datang untuk mohon syafa'at bertawasul dengan membaca Kitab Barzanji, konon dengan cara serupa itu manusia dapat cepat menjadi hartawan.

Di kawasan Bali, ada pesta BURAQ MAULID (ya'ni seekor kuda yang berkepala manusia), menurut mereka, inilah kendaraan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam ketika Mi'raj; BURAQ MAULID diarak dengan iringan bacaan Kitab Barzanji.

Itulah sketsa maulid yang dicontohkan di sini, meskipun masih banyak cara ber-maulid lainnya; yang pokok bahwa cara ber-maulid sudah banyak infiltrasi luar yang menciptakan sinkritis, sehingga warnanya menjadi abstrak, tidak lagi mengandung unsur stimulasi bagi Ummat Islam seperti yang dituju penciptanya beberapa abad yang silam.

MAULID SEBAGAI SARANA POLITIK

Shalahuddin Al-Ayyubi dalam rangka mendapat serangan GODFRIED - BAULLON, dengan tentara Nashrani di bawah pengaruh URBANUS PAULUS II, merasa cukup kewalahan; maka perlu menciptakan stimulasi untuk membangkitkan Ummat Islam untuk melawan kaum Nashrani, dan dengan sarana maulid, waktu terjadi Perang Salib Ummat Islam mampu mempertahankan serangan tersebut.

Dengan uraian data dan fakta sejarah, dapatlah berasumsi bahwa terciptanya tradisi ber-maulid sebagai akibat dipolitisirnya agama untuk kepentingan politik; yang praktis salah kaprah ini akan berakhir buruk, misalnya saja mengkarati Syara' dan 'Aqidah, yang secara tragis ditanggung Ummat Islam masa kini.

Meskipun demikian, tradisi ber-maulid tersebut tetap dipertahankan oleh sebagian 'ulama Islam, konon ber-maulid itu mengandung hikmah bagi laju Dakwan Islamiyah; pendapat serupa itu memang ada benarnya, dan tidak terlalu salah, sebab yang menjadi karat Syara' dan 'Aqidah itu bukan dakwah pada bulan maulid, namun menetapkan suatu tradisi 'Ied Zamaniyyah yang dilaksanakan tiap tahun, sejauh mana sepi dari keterangan Al-Qur'an dan As-Sunnah, itulah yang memberi celah untuk menciptakan suatu Syara' yang baru.

Sedangkan istilah ber-maulid untuk Nabi dan Rasul Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam itu sendiri rasanya kurang tepat, sebab Muhammad jadi Nabi dan Rasul ketika umurnya 40 (Empat Puluh) tahun; demikian pula lahirnya bukan di tahun Hijriyyah, tapi di tahun jahiliyyah (Tahun Gajah) sedangkan bulannya pun bukan bulan Rabiul Awal.

Maka ber-maulid tersebut identik dengan NIAT INGAT kepada Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang terakhir, namun apa artinya sekedar ingat tanpa melaksanakan segala perintan dan contohnya; ber-maulid yang efektif bukan setahun sekali, tapi tiap saat harus ingat pada perintah dan contoh Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang terakhir, janganlah seperti ABU THALIB yang hanya ingat, dan cinta pada Muhammad, tapi tidak melaksanakan perintah dan contohnya, sehingga tetap KUFUR mendapat adzab di Neraka.
Sumber: Risalah Kecil, No 197/198/199, Thn XIX

Allah Azza wa Jala berfirman:
"... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu". [ Q.S. al-Maidah [5]: 3 ]

Ibnu Katsir berkata:
Ayat ini (al-Maidah: 3) adalah ni'mat Allah SWT. yang paling besar atas ummat ini, karena Dia telah menyempurnakan agama mereka bagi mereka, maka mereka tidak perlu lagi kepada agama lain apapun selain Islam dan kepada nabi lain selain Nabi mereka (Muhammad SAW.). Dan untuk ini Allah SWT. telah menjadikan beliau sebagai penutup para nabi, dan Dia mengutusnya kepada manusia dan jin, maka tidak ada lagi yang halal kecuali yang Dia halalkan, tidak ada lagi yang haram kecuali yang Dia haramkan, tidak ada lagi agama (aturan ibadah) kecuali yang Dia syari'atkan, dan segala sesuatu telah Dia beritahukan, maka ia agama yang haq dan benar tidak ada kebohongan di dalamnya dan tidak ada yang tertinggal. [ Tafsir Ibnu Katsir, juz II hal: 13 ]

Rasulullah shallallahi 'alaihi wasallam bersabda:
"Bahwasanya tidaklah ada seorang nabi sebelumku melainkan adalah suatu kewajiban atasnya menunjukan (menerangkan) kepada ummatnya tentang kebaikan yang dia ketahuinya bagi mereka dan memperingatkan akan kejelekan yang dia ketahuinya bagi mereka". {H.R. Muslim: 3431, Ahmad: 6214, an-Nasa'i: 4120 & Ibnu Majah: 3946 dari Abdullah bin Amer bin Ash r.a.}

Rasulullah shallallahi 'alaihi wasallam bersabda dalam khuthbahnya:
"Wahai manusia, dengarkanlah perkataanku, sungguh aku telah sampaikan dan aku tinggalkan di antaramu, selama kamu berpegang teguh padanya niscaya kamu selamanya tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah (al-Qur'an) dan Sunnah Nabi-Nya saw.". {H.R. at-Thabari dalam Tarikhnya, juz: 2, hal: 206 dari Abdullah bin Abi Najih r.a.}

Rasulullah shallallahi 'alaihi wasallam bersabda:
"... Sesunggugnya perkataan yang paling benar adalah Kitabullah (al-Qur'an), sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahi 'alaihi wasallam, dan sejelek-jelek urusan adalah yang diada-adakan, dan setiap yang diada-adakan (DALAM AGAMA ISLAM) adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan adalah di neraka". {H.R. Muslim, Ahmad, an-Nasa`i & Ibnu Majah dari Jabir bin Abdullah r.a.}

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
 
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
"Siapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintah kami (Allah & Rasul-Nya) maka amalan itu tertolak". [H.R. Muslim: 3243, Ahmad: 23975 & ad-Daraquthni: 4593 dari Aisyah r.a.]

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
"Siapa yang mengada-ada dalam urusan (Agama) kami ini yang tidak ada darinya (perintah dari Allah & Rasul-Nya) maka ia tertolak". [ H.R. Muslim: 3242, Ahmad: 24840, Abu Dawud: 3990, Ibnu Majah: 14, ad-Daraquthni: 4590 & Ibnu Hibban: 26 dari Aisyah r.a.]

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya akan ada sepeninggalku seseorang yang akan memerintah kalian, mereka memadamkan sunnah, melakukan perbuatan bid'ah dan sering mengakhirkan waktu shalat." Ibnu Mas'ud berkata; Wahai Rasulullah, bagaimana denganku bila aku menemukan mereka? Beliau bersabda: "Wahai Ibnu Ummi Abd, tidak ada ketaatan kepada orang yang bermaksiat kepada Allah." Beliau mengatakan tiga kali. {H.R. Ahmad: 3601 dari Abdullah RA}

Dan sungguh Imam Malik Rahimahullah mengatakan:
"Siapa yang mengadakan suatu bid'ah di dalam agama Islam, ia memandangnya baik maka sungguh ia telah menuduh Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam mengkhianati risalah". {Al-Bida' wa al-Mukhalifaat fi al-Haj, hal: 23}

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
« اتَّقُوا الْحَدِيثَ عَنِّى إِلاَّ مَا عَلِمْتُمْ فَإِنَّهُ مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّداً فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ وَمَنْ كَذَبَ فِى الْقُرْآنِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ »
"Hati-hatilah akan hadits (yang diberitakan) dariku kecuali yang kalian ketahui, karena sesungguhnya barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka bersiap-siaplah untuk menempati tempat duduknya di neraka dan barangsiapa mengatakan tentang al-Qur'an dengan tanpa ilmu, maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka." {H.R. Ahmad: 3030, at-Tirmidzi: 3205, dan Abu Ya'la: 2660 dari Ibnu Abbas radliallahu 'anhu}

Allah Azza wa Jalla berfirman:
قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." {QS Ali Imran [3]: 31}

Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda:
إذا كان شيء من أمر دنياكم فأنتم أعلم به فإذا كان من أمر دينكم فإلي
"Jika ada sesuatu yang berkaitan dengan urusan dunia, maka kalian lebih tahu tentangnya, sebaliknya jika berkaitan dengan urusan agama, maka kembalilah kepadaku." {HR Ahmad, no 12086 dari Anas Radhiyallahu 'anhu}

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam khuthbahnya di Arafah pada Haji Wada':
أَيُّهَا النَّاسُ، وَاسْمَعُوْا قَوْلِي، فَإِنِّي قَدْ بَلَّغْتُ وَتَرَكْتُ فِيْكُمْ، مَا إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ فَلَنْ تَضِلُّوْا أَبَدًا، كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
"Wahai manusia, dengarkanlah perkataanku, sungguh aku telah sampaikan dan aku tinggalkan di antaramu, selama kamu berpegang teguh padanya pasti kamu selamanya tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah (al-Qur'an) dan Sunnah Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wasallam". {H.R. at-Thabari dalam Tarikhnya, juz: 2, hal: 206 Dari Abdullah bin Abi Najih Radhiyallahu 'anhu}

1 comment for "Maulid Muhammad calon Nabi dan Rasul"